Senin, 08 Agustus 2011

“ Rasa takut " dibalik kebahagiaan Ramadhan


Kehadiran ramadhan selalu mempunyai tempat tersendiri di hati umat muslimin, bgmna tidak ia ibarat kekasih terpisah slama 11 bulan, ia slalu dnantikan,dg harapan mengggapai berbagai “janji” yg ada padanya, adanya keberkahan melimpah,ampunan,kelapangan rizki,suasana sosial masyarakat yang saling menyayangi suasanan yg berbeda dr sebelum2nya membuat ia berada slalu dirindukan umat ini.
Namun sbnarnya tdk smua kebhagiaan dan harapan itu dpt diraih oleh smua,hanya org2 tertentu, org yg komitmen,org2 yg kebahagiaannya mnyambut dg iman bkn bhgia krn alasan lain sperti makanan yg melimpah, nikmat makanan itu blh2 saja tp bkn alasan utama itu hanyalah alasan sampingan akibat dr keberkahannya, hal ini lah yg membuat sya menulis artikel dg jdul “rasa takut dibalik kebahagiaan ramdhan”, setidaknya ada 2 alasan menurut saya:
1.      Rasa takut tdk smpai pd bulan ramdahan saat detik ramdhan itu telah tiba dan tidak sampai pada akhir ramdhan.
YA, boleh saja kita berharap dan optimis sampai pada bulan ramdhan dg berbgai persiapan bhkan do’a2 stiap hr yg dilantunkan utk smpai ke bulan ramdhan. Detik2 demi detik telah dilalui,smkin dkat dr hitungan bln,pekan,hari,jam hingga detik,nmn adakah yg bs mnjamin kita sampai pd detik itu? Atau kah kita hanya smpai hanya satu detik ramadhan setelah itu kita yg terlebih dahulu meninggalkannya, kita pergi pd hal kita yg menunggu. kita dipanggil oleh sang yg menghadirkan ramdhan itu sendiri,bskah kta menolak?dg berbagai alibi yg kita smpaikan,bahwa kita tlah menanti2 kehadirannya lantas bgmn mungkin kita duluan meninggalkan,bs kah allah menerima alasan itu? Utk mnjwab pertanyaan ini kita mungkin bs bereferensi kita dlm surat cintanya Q.S YUNUS 10: 49
Katakanlah: "Aku tidak berkuasa mendatangkan kemudharatan dan tidak (pula) kemanfaatan kepada diriku, melainkan apa yang dikehendaki Allah." Tiap-tiap umat mempunyai ajal[696]. Apabila telah datang ajal mereka, maka mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (pula) mendahulukan(nya).
Telah jelas disebut jika tiba masanya maka ia tak dapat dimajukan ataupun diakhirkan..termasuk mengajukan berbgai alasan. Nmn jika Allah berkata lain pun kita tdk bs memilih lain.
2.      Rasa takut ramdahan bukan “milik kita”
Orang yg melaksankan puasa ramdhan terbagi dlm berbgai golongan/tipe. Dlm hal ini sya akan mencba mmbagi ke dlm 2 gol saja,
yaitu yang pertama orang2 melaksankan ramdhan dg iman, kesabaran,memahami hakikat puasa mnjga diri dr hal2 yg mengurangi apalagi membatalkan puasa, menjaga amal wajib,sunah dg sungguh2. Ini lah tipe orang yang insyaallah yang akan melahirkan jiwa takwa / menang diakhir ramdhan nanti. Namun orang ini sangat sedikit yang bisa menggapainya.
Yang kedua, orang yang sekedar menahan rasa lapar dan haus. Secara fisik memang terlihat puasa, bibirnya kering,badanya lemas namun jiwanya tidak ikiut berpuasa mengapa saya katakan tidak ikut shoum, ya karena memang yang dijaganya hanya perut dan tenggorokannya namun mata,telinga, hatinya tidak dijaga,ia masih merasa biasa2 saja memandang yg bukan hak / bukan muhrim dengan pandangan “haram”, ia masih santai mendengar aib/gosib orang lain di Tv ataupn langsung, ia masih memanjakan matanya tidur berlama2 sementara mata org lain terjaga untuk membaca alqur’an, mengkaji islam, ia masih nyaman menyimpan hartanya tanpa mengeluarkan untuk membangun addin/agama ini sementara yang lain telah mengeluarkan hartanya yang terbaik yang ia miliki. Dan masih banyak lagi ciri-ciri yang bisa kita perhatikan. Tapi yang celakanya tipe inilah yang paling banyak ada dikalangan umat muslim, tidak heran jika pasca ramdhan kondisi umat ini tidak ada perubahannya. Kita berlindung kepada Allah dari tipe orang seperti ini.
Demikian saja arikel ini,smga bermanfaat bagi diri saya dan bagi orang mau mengambil hikmah darinya. Terimakasih.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar